PARIWISATA
Lingkungan Pengaruhi Bisnis Perhotelan
Kamis, 19 Juni 2008
Persoalan lingkungan turut memengaruhi bisnis perhotelan. Karena itu, pengelola hotel harus memperhatikan lingkungan hotelnya. Sebab, jika lingkungan rusak, manusia akan menderita dan hotel pun tidak akan bisa beroperasi. Hal itu diakui pengamat perhotelan Sumatera Utara (Sumut), Dedi Nelson Fachrurrozy, yang juga General Manager (GM) Hotel Madani International, Medan.
Dedi mengakui, perhatian pengelola hotel di Medan masih minim. Mereka masih menganggap persoalan lingkungan sebagai masalah yang biasa dan tidak berpengaruh terhadap bisnis perhotelan. "Bisa dikatakan pengelola hotel di kota ini hanya terfokus pada bisnis. Padahal, lingkungan itu perlu dijaga dan dilestarikan. Kalau lingkungan rusak, bagaimana kita berusaha? Suasana hotel dengan lingkungan sebaiknya kita jaga," ujar Dedi kepada Suara Karya, di Medan, Kamis pekan lalu.
"Kalau dunia perhotelan tidak memperhatikan lingkungan, bahaya. Citra hotel di mata masyarakat akan jelek dan mereka tidak respek terhadap hotel itu. Sebab, jika lingkungan rusak dan terjadi banjir, bagaimana kita berusaha dan manusia pun akan menderita. Dampaknya sangat luas," kata Dedi menambahkan.
Karena alasan tersebut, maka Dedi membentuk kelompok pecinta lingkungan di hotel yang dia pimpin (Hotel Madani International-Red) yang diberi nama Madani Green Community. "Kami peduli terhadap lingkungan. Karena itu, sekitar tiga bulan lalu, di Hotel Madani kami membentuk kelompok pecinta lingkungan," kata Dedi.
Tugas yang diemban Madani Green Community yang anggotanya semua karyawan Hotel Madani, yakni membersihkan lingkungan (parit dan gorong-gorong) di sekitar hotel dan menanam pohon sekaligus membuat dan merawat taman. "Kami juga memberikan penyuluhan atau ceramah kepada masyarakat sekitar mengenai pentingnya memelihara lingkungan. Misalnya, suatu pohon kalau tidak diperhatikan, akan lemas dan lama-lama akan mati. Begitu juga gorong-gorong atau parit, kalau tidak dibersihkan, apabila turun hujan akan terjadi banjir," katanya.
Menurut Dedi, pengertian lingkungan di sebuah hotel bukan sekadar bersih-bersih, tapi menanam pohon, membersihkan parit, merawat pohon, menjaga keindahan dan lain-lain. Apalagi, setahun terakhir ini taman-taman yang ada di Kota Medan kurang terawat, sehingga semua pihak, termasuk para pengelola hotel, punya kewajiban melakukan perbaikan atas kondisi tersebut.
"Kita baca di koran bahwa Kota Medan tahun ini mendapat predikat kota terjorok keenam di Indonesia. Ini bertolak belakang dengan prestasi yang diraih tahun-tahun sebelumnya di mana Medan selalu mendapat Piala Adipura untuk bidang kebersihan/lingkungan. Karena itu, semua pihak harus peduli terhadap kebersihan," ujar Dedi.
Menurut Dedi, pengertian lingkungan bukan yang tampak saja, melainkan juga yang tidak tampak seperti jiwa. Jadi, jiwa juga harus diperhatikan dan dibersihkan. Karena itu, katanya, dua kali sebulan di hotel yang dia pimpin diselenggarakan siraman rohani.
Dedi bertekad, pada masa mendatang akan lebih giat lagi menjaga lingkungan. Terlebih dengan terpilihnya Gubernur Sumut yang baru. "Kita tahu, Bapak Syamsul Arifin (Gubernur Sumut-Red) yang dilantik 16 Juni lalu memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Karena itu, dengan nuansa dan paradigma baru, kita akan lebih memperhatikan lingkungan," ujar Dedi Nelson.
Komisaris Hotel Madani International H Masri Nur pernah berucap bahwa hotel bintang 3 plus yang terletak persis di depan Mesjid Raya Al Manshun, di Jalan Sisingamangaraja/Amaliun No 1, Medan, ini pun dibekali penampilan yang spesifik dibanding hotel lainnya. Hotel ini menonjolkan nuansa Islami atau religius. (Manahan Tampubolon)
Sumber : http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=202510
Kamis, 20 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar