Kamis, 20 Agustus 2009

Hotel Madani Medan Bernuansa Islam

Hotel Madani Internasional Medan
Mengedepankan Pelayanan
Bernuansa Islami

Senin, 23 Juli 2007
Di tengah persaingan hotel yang cukup ketat di Medan, Hotel Madani Internasional memberanikan diri ikut bersaing merebut pangsa pasar. Agar bisa memenangkan "pertarungan", hotel bintang 3 plus yang terletak persis di depan Mesjid Raya Al Manshun di Jalan Sisingamangaraja/Amaliun No 1 Medan ini pun dibekali penampilan yang spesifik dibanding hotel lainnya. Hotel ini menonjolkan nuansa Islami atau religius.

"Kebetulan hotel yang ada di Medan belum ada yang dikelola dengan prinsip syariah, maka kita memberanikan diri membangun hotel dengan nuansa religius. Hotel ini nanti akan memenuhi keinginan para tamu dari kalangan keluarga yang masih mengedepankan prinsip-prinsip Islami," kata Komisaris Utama Hotel Madani Internasional Medan, H Masri Nur, kepada Suara Karya, seusai peresmian hotel ini Senin lalu. Peresmian hotel dilakukan Wali Kota Medan, Drs H Abdillah.

Ketika ditanya apakah tidak takut kalah bersaing mengingat Hotel Madani tidak menyediakan minuman beralkohol dan tidak menerima tamu yang bukan suami-istri, Masri Nur didampingi Dirut Hotel Madani H Debi Masri SE dengan tegas mengatakan tidak. "Persaingan bisnis tetap ada. Kita mengantisipasinya dengan keramahtamahan dan pengelolaan yang profesional. Apalagi usaha-usaha yang bersifat religius akan diridhai Allah SWT," katanya.

Dia menambahkan, biasanya hotel berbintang 3 ke atas dilengkapi dengan minuman keras. Tapi di hotel yang berada dalam naungan Gelora Plaza Group ini tidak menyediakan minuman seperti itu, melainkan minuman yang 100 persen halal atau soft drink.

Sesuai dengan prinsip pengelolaannya, arsitektur bangunan hotel ini pun bernuansa Islami, mengadopsi arsitektur Istana Maimon Medan yang bergaya Melayu, termasuk Mesjid Raya Al Manshun yang berada di depan hotel yang dibangun Sultan Deli. Nama-nama setiap ruangan meeting dan restoran yang ada di Hotel Madani bernuansa Timur Tengah. "Kita berupaya mengedepankan pelayanan dengan nuansa Islami," kata Masri.

Hotel ini sekarang memiliki 172 kamar dengan berbagai tipe. Tarif kamar per malamnya mulai dari Rp 410 ribu (superior) hingga Rp 3.750.000 (royal suite room). Di samping memiliki ruang lobi yang luas, hotel ini juga memiliki ruang pertemuan (Gelora Ballroom) dengan kapasitas 1.500 orang dan memiliki 5 ruang meeting (Istanbul Room, Jordan Room, Doha Room, Dubai Room, Bahrain Room) berkapasitas 20 sampai 200 orang.

Hotel ini juga menyediakan Wi-fi (wireless) untuk akses internet, travel agent, salon, restoran, lounge, dan fasilitas lain. Untuk menjamin keamanan para tamu, hotel ini menggunakan CCTV di setiap lantai yang selalu dipantau oleh sekuriti hotel. "Wisatawan lokal yang sering menginap di sini kebanyakan dari Aceh, Sumbar, Riau. Sedangkan wisatawan mancanegara umumnya dari Malaysia, Brunai, dan Singapura, di samping dari Timur Tengah. Makanan yang disajikan pun dijamin kehalallannya," ucap Komisaris Utama Hotel Madani.

General Manager Hotel Madani, Dedi Nelson Fachrurrozy, mengatakan, dengan keunggulan yang dimiliki Hotel Madani, dia optimistis dalam setahun pertama tingkat hunian hotel akan mencapai 60 persen.

Untuk mencapai target itu, pihaknya juga akan menjalin hubungan kerja dengan sejumlah travel biro yang ada di luar negeri, terutama Timur Tengah, kemudian Malaysia dan Singapura.

Masri Nur mengatakan, meski dikelola dengan nuansa Islami, tamu yang datang kemari tidak dibedakan agama atau asal usulnya. Agama apa saja boleh menginap di sini, tapi di brosur atau papan pengumuman sudah ditetapkan bahwa tamu yang bukan suami-istri tidak dibenarkan menginap satu kamar.

Masri juga mengatakan, pihaknya tidak gentar hotelnya akan kehilangan pendapatan atas keputusan tidak menerima tamu yang bukan suami-istri menginap dalam satu kamar. Karena dia berprinsip bahwa tamu nakal itu sedikit, tidak sampai 25 persen. Dan sisanya, 75 persen, akan kita rebut dengan prinsip religius tadi," kata Masri yang telah pula menganjurkan seluruh karyawan harus memakai busana Muslim.

Wali Kota Medan sendiri salut menyikapi prinsip kerja Hotel Madani. "Ini merupakan aset Kota Medan yang tidak ternilai. Karena itu, tolong dikelola secara profesional walaupun hotel ini milik perusahaan keluarga. Saya yakin usaha yang dikelola secara religius akan mendapat ridha dari Allah SWT," kata Abdillah.

Dikatakan, tak lama lagi di Kota Medan akan diselenggarakan Festival Budaya Islam yang tempatnya dilaksanakan di Mesjid Raya Al Manshun, atau tepatnya di depan hotel ini. Maka, 172 kamar yang ada di hotel ini tidak akan cukup, karena tamu-tamu dari luar Medan akan datang menghadiri festival tersebut.

Lagi pula, hotel ini tempatnya sangat strategis, berada di persimpangan empat. Di depannya ada Mesjid Raya Al Manshun, di depannya lagi ada taman Sri Deli (kolam bersejarah), dekat Istana Maimon. "Jadi kalau orang sudah menginap di sini sama dengan berwisata religius di Medan," kata Wali Kota Medan. (Manahan Tampubolon)

Sumber :http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=178126

Tidak ada komentar:

Posting Komentar