Senin, 23 November 2009

Sate Piliang yang penuh Kenangan dan Raso

Satai Lezat Asal Piliang
Amy Rahmadanti


Jakarta - Nama: Amy Rahmadanti

Ingin menikmati satai sambil dimanja oleh pemandangan perbukitan dari atas tebing? Sepertinya tempat ini bisa jadi pilihan. Tak hanya satainya yang enak tapi matapun dimanjakan dengan pemandangan indah Nagari Piliang.

Sumatera Barat menjadi salah satu daerah yang cukup terkenal akan masakannya. Buktinya saja rumah makan Padang menjamur dimana-mana. Selain lauk pauknya, Sumatera Barat juga terkenal akan satenya. Penjual sate Padang banyak ditemukan di pasar-pasar tradisional bahkan merambah hingga ke pusat perbelanjaan.

Di kota asalnya Padang, saya sempat menemukan satu warung sate yang cukup unik. Tak hanya satenya yang unik tapi lokasi usahanya pun juga terbilang tidak biasa. Dari Batusangkar menuju terminal di kota Dobok, dan ada sebuah daerah namanya Nagari Piliang yang merupakan daerah perbukitan.

Warung sate ini dibangun diatas sebuah tebing kecil yang sekelilingnya adalah area persawahan dan juga perbukitan. Di belakang warung sate berupa tebing sedangkan bagian depan terhampar sawah-sawah yang terbentang luas. Untuk menuju warung sate ini saya harus menaiki tangga.

Warung sate dibangun semi permanent dengan berdinding sebagian dari bilik yang hanya setinggi 1 meter sehingga pengunjung bisa menyantap sate sambil menikmati pemandangan sawah-sawah yang ada di depannya. Untuk yang ingin bersantap sambil leyeh-leyeh, di sebelah nya terdapat tempat untuk lesehan.

Warung sate Padang ini hanya menjual sate Padang dengan kuah merah. Sangat berbeda dengan sate Mak Syukur yang cukup terkenal itu, karena menggunakan kuah berwarna kuning. Pilihan satainya cukup beragam, ada yang daging saja, atau mau yang campur dengan jeroan atau lidah.

Satai disajikan diatas piring plastik yang sudah dialasi dengan daun pisang. Potongan ketupat dan juga satai ditaruh diatasnya kemudian disiram dengan kuahnya yang berwarna kemerahan dan bawang merah goreng sebagai toppingnya. Saya memesan satai daging komplet.

Diatas meja tersedia tersedia jangek alias kerupuk kulit sebagai teman makan satai. Ada juga singkong balado dan juga emping. Setelah makan satai, saya mencocol kerupuk dengan kuah satai yang bersisa. Rasanya enak dan mantap! Warung satai ini mulai buka pukul 17.00 dan tutup sekitar pukul 22.00 malam. Harga seporsi satai cukup murah, hanay Rp 6.000,00 saja sedangkankerupuk dibandrol dengan harga Rp 1.000,00. Murah bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar